|
Paralayang di Puncak, Bogor |
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya main paralayang
di Puncak dan menikmati salah satu air terjun yang ada di kawasan Gunung Gede
di Bogor. Paralayang merupakan salah satu cabang olah raga namun di Puncak
Bogor ini dijadikan juga salah satu destinasi wisata. Karena paralayang ini
merupakan salah satu wishlist saya makanya saya harus mencoba minimal sekali
seumur hidup.
Saya kebetulan pergi di hari minggu di Bulan Agustus lalu. Saya jalan dari
jakarta sekitar jam 05.00 pagi , dikarenakan saya masih ingin menikmati udara
pagi puncak dan berniat ingin melihat surises
di puncak. Namun sayang, saya dan teman-teman sampai puncak itu sekitar jam
6.00 pagi dan matahari sudah naik dan cucanya pun berawan pada saat itu.
|
Gagal Sunrises |
Sampai di sana saya langsung menuju puncak paralayang. Oia, posisi puncak
paralayang ini jika dari arah Jakarta berada di sebalah kanan setelah masjid
At-Ta’wun. Di puncak pendaftaran buat paralayang masih belum di buka jadi saya
dan teman-teman memutuskan untuk berfoto ria. Puas berfoto kami pun memutuskan
untuk sarapan di warung yang ada.
|
Panorama Puncak, Bogor |
|
View dari Puncak |
|
Groufie Sambil Menunggu |
Sekitar jam 7.30 saya bergegas ke atas untuk mendaftar paralayang. Tempat
pendaftarannya ada di atas, di meja yang sudah disediakan. Saya sarankan sebum
dibuka kita harus sudah antri. Karena antrinya cukup panjang dan di buka jam
08.00, saya pun ini menjadi orang ke-7 untuk terbang. Untuk mendaftar
paralayang ini kita harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 350.000,- untuk
wisatawan lokal dan Rp. 400.000,- untuk wisatawan asing. Itu untuk sekali
terbang dengan berat minimal 45 Kg dan maksimal 90 Kg.
Setelah menunggu akhirnya tiba giliran saya. Oia, buat yang ingin
mengabadikan moment pada saat terbang disini banyak juga yang menyewakan peralatan
dokumentasi seperti action cam. Saya
pun terbang akhirnya sekitar 7-10 menit. setelah sampai di landing zone kita bisa memilih untuk naik angkot yang sudah
disediakan atau naik ojek dengan membayar ongkos sekitar Rp. 20.000,- sampai
Rp. 30.000,-.
|
Ketika Terbang |
Saya memutuskan untuk menaiki ojek saja dikarenakan angkotnya ga ada.
Sampai di atas saya langsung bertemu dengan teman-teman saya dan kami pun
melanjutkan perjalanan kami. Kami memutuskan untuk melanjutkan ke arah Gunung
Gede karena sistem buka tutup puncak sudah berlaku. Sekitar jam 09.00-12.00
pada saat saya dan teman-teman saya datang ke sana arah menuju Jakarta sedang
ditutup sehingga kami langsung ke atas.
Sekitar jam 10.00 kami sampai di area gunung gede. Awalnya kami tidak ada
rencana untuk hiking namun sekalian
menunggu sistem buka tutup selesai kami pun hiking.
Tujuan hiking kami adalh Curug
Cibereum atau Air Terjun Cibereum. Curug Cibereum ini merupakan air terjun yang
paling dekat untuk dituju, untuk mencapainya dibutuhkan waktu sekitar 1-2 jam.
Oia, untuk masuk kawasan ini harus bayar, saya lupa tepatnya berapa namun ga
terlalu mahal untuk itu.
Saya dan teman-teman saya berjalan santai. Kondisi track untuk hiking menuju
curug cibereum itu ga terlalu sulit, tapi kita harus hati-hati apalagi setelah
hujan, jalannya cukup licin. Setelah berjalan dengan sering istirahat dan
berteduh (karena pada saat ke sana cuacanya hujan) akhirnya kami sampai. Rasa
lelah pun hilang berganti dengan kepuasan pada saat melihat air terjun. Airnya
cukup dingin dan sangat bagus walaupun ramai. Saya dan teman-teman saya pun
bermain air dan foto-foto di sekitaran air terjun.
|
Kondisi Track Menuju Curug Cibereum |
|
Pemandangan Ketika Tracking |
|
Kondisi Sungai Menuju Curug Cibereum |
|
Curug Kedua di Curug Cibereum |
|
Curug Pertama di Curug Cibereum |
|
Panorama Curug Cibereum |
|
Bergaya di Curug Kedua di Curug Cibereum |
|
Pemandangan Curug Cibereum |
Puas bermain air kami pun bergegas untuk turun ke bawah karena takut
kesorean untuk pulang ke Jakarta. Kami sampai parkiran sekitar jam 15.00 dan
istirahat sebentar lalu kembali menuju Jakarta. Liburan paralayang di Puncak
ini memang singkat tapi memang wajib dicoba.
No comments:
Post a Comment